Minggu, 20 April 2014

MELANGKAH DARI MASA LALU

Jika Anda mengalami trauma pada masa lalu yang begitu membekas. Trauma ini lantas Anda gunakan sebagai 'kambing hitam' atas keterpurukan Anda saat ini. Anda terus terikat dengannya, meski itu menyakitkan. Bila Anda tak bisa lepas dari trauma, maka coba tanyakanlah hal ini pada diri Anda: "Berapa banyak luka lagi yang akan saya biarkan diderita oleh diri saya sendiri? Apakah trauma ini pantas menghancurkan seluruh sisa hidup saya? Siapa yang berkuasa disini, diri saya--ataukah trauma?" Perhatikanlah daun-daun yang mati dan berguguran dari pohon, ia sebenarnya memberikan hidup baru pada pohon. Bahkan sel-sel dalam tubuh kita pun selalu memperbaharui diri. Segala sesuatu di alam ini memberikan jalan kepada kehidupan yang baru dan membuang yang lama. Satu-satunya yang menghalangi kita untuk melangkah dari masa lalu adalah pikiran kita sendiri. Beban berat masa lalu, dibawa dari hari ke hari. Berubah menjadi ketakutan dan kecemasan, yang kemudian pada akhirnya akan menghancurkan hidup Anda sendiri. Anda yang teguh hatinya, ingatlah hanya seorang pemenanglah yang bisa melihat potensi, sementara seorang pecundang sibuk mengingat masa lalu. Bila kita sibuk menghabiskan waktu dan energi kita memikirkan masa lalu dan mengkhawatirkan masa depan, maka kita tidak memiliki hari ini untuk disyukuri. Saat kita merasa sedih dan putus asa, atau bahkan menderita, coba renungkan keadaan di sekitar kita. Barangkali masih banyak yang lebih parah dibandingkan kita? Tetaplah tegar dan percaya diri, berpikir positif dan optimis, berjuang terus, dan pantang mundur.

Jumat, 18 April 2014

INI ALASANKU

Segala puji  bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan para shahabatnya.


Pacaran merupakan hal yang dianggap lumrah di zaman sekarang. Orang tua membiarkan anaknya berpacaran, guru-guru di sekolah pun menganggap hal yang biasa jika ada muridnya yang berpacaran. Padahal sudah jelas hukum berpacaran dalam Islam.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلً
  
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”(QS. Al Isro’ : 32)

Dalam Tafsir Jalalain dikatakan bahwa larangan dalam ayat ini lebih keras daripada perkataan ‘Janganlah melakukannya’. Artinya bahwa jika kita mendekati zina saja tidak boleh, apalagi sampai melakukan zina, jelas-jelas lebih terlarang. Setiap muslim yang masih berakal sehat pasti meyakini kalau pacaran itu merupakan suatu sarana mendekati zina.
Ingatlah kaidah: segala sesuatu yang Allah haramkan pasti tedapat mafsadah (keburukan) di dalamnya, baik sesuatu itu mafsadah 100%, maupun mafsadahnya lebih besar daripada maslahah (kebaikan)nya.

Sebenarnya alasan apa yang menyebabkan para pemuda berpacaran?
Mari kita simak 10 alasan seorang pemuda melakukan pacaran.

1.      Supaya Dianggap Keren

Banyak di antara para pemuda berpacaran dengan alasan supaya dianggap keren oleh teman-temannya. Padahal keren di mata manusia tidak berarti keren di mata Allah.

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

“Sungguh, yang paling mulia diantara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa.” (Qs. Al Hujurat: 13)

Ketaqwaanlah yang membuat kita mulia di sisi Allah subhanahu wa ta’ala, bukan kemaksiatan (pacaran). Akankah kita menukar kemuliaan di sisi Allah subhanahu wa ta’ala yang Maha Mulia dengan kemuliaan semu di sisi makhuk-Nya yang hina?

2.      Sebagai Usaha untuk Mencari Pendamping Hidup

Banyak yang menganggap pacaran adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan pendamping hidup, tanpa pacaran seseorang tidak akan mendapatkan jodohnya. Padahal Islam sebagai agama yang sempurna, pasti telah menjelaskan cara mendapatkan jodoh yang sesuai dengan syari’at.

Bahkan Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ ۖ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ

“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” (Qs. An-nur: 26).

Seorang muslim/muslimah yang masih bersih fitrahnya pasti menginginkan menikah dengan seseorang yang baik agamanya. Akankah seorang laki-laki atau wanita yang baik didapatkan dengan cara pacaran?

Jodoh yang baik diperoleh dengan cara kita senantiasa berusaha memperbaiki diri agar menjadi pribadi  yang baik, meninggalkan kemaksiatan-kemaksiatan, dan bertaubat menyesali kesalahan-kesalahan yang dulu telah diperbuat.
Masihkah anda berpikir untuk mendapatkan jodoh dengan pacaran?

3.      Sebagai usaha mengenal pasangan sebelum menikah

Banyak yang melakukan pacaran dengan alasan untuk mengenal pasangan sebelum melangkah ke jenjang yang lebih serius. Katanya agar tidak seperti membeli kucing dalam karung. Benarkah dengan pacaran seseorang bisa mengenal pasangan lebih jauh? Apakah pernikahan yang dilakukan tanpa pacaran ibarat membeli kucing dalam karung?
Pacaran memang bisa membuat seseorang mengenal sebagian sifat pasangannya. Akan tetapi, seseorang yang berpacaran pasti hanya menunjukkan hal-hal yang baik saja kepada pasangannya. Pacaran, sebagai hubungan tanpa tanggung jawab yang jelas, tentunya tidak bisa menunjukkan karakter asli seseorang. Bahkan tidak jarang seseorang menyesali perubahan tingkah laku pasangannya setelah menikah. Pasangannya tidak lagi baik, mesra, sabar, dan perhatian setelah menikah, tidak sama seperti saat pacaran dulu.

Islam, sebagai agama yang sempurna, pasti sudah mengatur bagaimana agar seseorang mengenal pasangannya sebelum menikah yaitu dengan nazhor. Caranya yaitu pertama, pilihlah calon yang baik. Mantapkan pilihan hati dengan melakukan sholat istikharah. Kemudian datangi untuk nazhor. Nazhor adalah memandang keadaan fisik wanita yang hendak dilamar, agar keadaan fisik tersebut dapat menjadi pertimbangan untuk melanjutkan melamar wanita tersebut atau tidak.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

“Jika salah seorang dari kalian meminang wanita, maka jika dia bisa melihat apa yang mendorongnya untuk menikahinya maka lakukanlah” [HR. Abu Dawud].

Namun dalam nazhor disyaratkan beberapa hal yaitu, dilarang dilakukan dengan berduaan namun ditemani oleh mahrom dari sang wanita, kemudian dilarang melihat anggota tubuh yang diharamkan, namun hanya memandang sebatas yang dibolehkan seperti wajah, telapak tangan, atau tinggi badan.

Dalil-dalil tentang adanya nazhor dalam Islam juga mengisyaratkan tentang terlarangnya pacaran dalam Islam. Karena jika calon pengantin sudah melakukan pacaran, tentu tidak ada manfaatnya melakukan Nazhor.

Mengenal calon juga bisa dilakukan dengan bertanya kepada orang-orang yang dekat dengan sang calon. Hal ini tentu lebih obyektif daripada mencoba mengenalinya sendiri lewat pacaran.

4.      Supaya Bersemangat Sekolah/Kuliah

Alasan lain yang menyebabkan seorang pemuda berpacaran adalah agar ia bersemangat sekolah atau kuliah. Alasan ini hanyalah alasan yang dibuat-buat. Memang jika sang pacar satu sekolah atau satu kampus, apalagi satu kelas, bisa membuat seseorang bersemangat berangkat ke sekolah atau ke kampus dan rasanya bergairah untuk belajar.

Tapi, apakah semangat itu benar-benar semangat untuk belajar? Akankah ia bisa fokus pada materi yang sedang diajarkan?

Ternyata semangat tersebut hanyalah semangat untuk bertemu dengan sang kekasih. Semangat yang sangat rapuh. Jika sang kekasih tak hadir atau mereka berdua sedang ada masalah, pasti semangatnya akan menurun drastis. Ia pun tidak akan bisa berkonsentrasi penuh dengan materi yang diajarkan. Isi kepalanya sudah penuh dengan memori tentang sang kekasih hati. Akibatnya prestasi orang-orang yang berpacaran biasanya anjlok. Jika pun ada orang yang pacaran tapi prestasinya tetap bagus, berarti orang tersebut memang dari sananya pintar. Tapi saya yakin jika orang itu tidak pacaran, prestasinya pasti jauh lebih bagus.


Maka, marilah kita menggantungkan semangat kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Dzat yang telah memberikan kita nikmat yang tak terhitung jumlahnya.

5.      Buat Senang-Senang

Setiap manusia pasti menginginkan kebahagiaan. Akan tetapi, banyak manusia yang tidak mengerti hakikat kebahagiaan itu sendiri sehingga mencari jalan-jalan yang diharamkan oleh syari’at dalam memperoleh kebahagiaan. Salah satunya dengan pacaran.

Aktivitas pacaran pasti tidak jauh-jauh dari perbuatan saling memandang, berdua-duaan, berpegangan tangan, bahkan lebih dari itu. Naudzu billahi min dzalika...

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 

“...Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian.” (HR. Muslim no. 6925)

Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita kecuali jika bersama mahromnya.” (HR. Bukhari, no. 5233)

Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi, (itu) masih lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Thabrani dengan sanad hasan)

Hadits-hadits tersebut sudah cukup menunjukkan kalau kebahagiaan yang didapatkan dari pacaran bukanlah kebahagiaan yang diridhoi Allah ta’ala.

Lantas, kebahagiaan sejati itu apa? Bagaimana cara mewujudkannya?

Kebahagiaan sejati itu terletak di dalam hati. Cara mewujudkannya yaitu dengan melakukan ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, selalu merasa cukup atas segala yang diberikan Allah pada kita, dan tidak lupa berdzikir mengingat Allah.

Allah Ta’ala berfirman,

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (QS. An Nahl: 97).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Yang namanya kaya (ghina’) bukanlah dengan banyaknya harta (atau banyaknya kemewahan dunia). Namun yang namanya ghina’ adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Allah Ta’ala berfirman,
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (Ar-Ra’d:28)

Maka, marilah kita mencari kebahagiaan yang sejati, bukan kebahagiaan semu yang sesaat.

6.      Pembuktian Diri

Sebagai makhluk sosial, manusia menginginkan dirinya diakui oleh lingkungannya.  Ia tidak ingin dianggap dirinya tidak normal (baca: homoseksual) karena tidak pernah pacaran. Ia juga tidak ingin dianggap dirinya tidak laku karena tidak pernah pacaran. Oleh karena itu, ia menjadikan pacaran sebagai pembuktian bahwa dirinya normal dan ada yang mau. Bahkan ada yang menganggap semakin banyak pacaran berarti semakin laku. Astaghfirullah...

Cukuplah kita menunjukkan diri kita normal dengan tidak berpacaran. Cukuplah kita menunjukkan diri kita normal dengan tidak mengumbar pandangan. Karena kita normal maka kita tidak pacaran. Karena kita normal maka kita tidak mengumbar pandangan.

Biarlah nanti kita buktikan diri kita normal saat kita menikah. Biarlah kita buktikan diri kita ada yang mau saat kita menikah nanti.

7.      Membuktikan kedewasaan

Ada juga yang berpacaran karena ingin dianggap dewasa, bukan anak-anak lagi. Seseorang yang telah memasuki masa pubertas memang tidak ingin dianggap sebagai anak-anak lagi. Akan tetapi, cara pembuktian yang salah, yaitu dengan berpacaran, sama sekali tidak menunjukkan kedewasaan.

Apakah pacaran yang isinya hanya bersenang-senang saja tanpa ada ikatan yang didasari tanggung jawab merupakan suatu hal yang menunjukkan kedewasaan?

Kedewasaan tidak hanya dilihat dari perubahan fisik, tapi juga dari cara berpikir dan berperilaku. Orang yang bersikap dewasa pasti akan menimbang baik buruknya suatu perbuatan, termasuk pacaran. Bahkan pacaran itu seperti tingkah laku anak-anak, hanya ingin bersenang-senang saja, belum mau memikul tanggung jawab.

8.      Ikut-ikutan

Untuk para pemuda yang labil, dengan banyaknya teman-temannya yang pacaran, ia pun tergiur untuk ikut-ikutan pacaran. Maka cukup kita nasehati dengan firman Allah:

وَ ِإْن تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الأَرْضِ يُضِلُّوْكَ عَنْ سَبِيْلِ اللهِ

“ Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang di muka bumi Ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah “. (Al An’am : 116)

9.      Lari dari Masalah

Pacaran juga dilakukan sebagai pelarian dari masalah-masalah yang dihadapi oleh seseorang. Seseorang yang broken home, ada masalah di sekolah, ada masalah keuangan, atau masalah-masalah lainnya mencoba melupakannya dengan berpacaran.

Permasalahan tidaklah hilang dengan melarikan diri dari permasalahan. Permasalahan dapat diselesaikan dengan menghadapi masalah tersebut. Berdo’alah kepada Allah agar dimudahkan dalam menghadapi masalah-masalah yang ada. Mintalah bantuan kepada orang lain yang sanggup membantu. Jangan menambah masalah baru dengan berpacaran.

10.      Menghilangkan Kesepian

Entah darimana asalnya tertanam pemikiran kalau pacaran bisa menghilangkan kesepian sehingga bisa mendorong seseorang untuk berpacaran. Padahal pacaran malah bisa menimbulkan kesepian-kesepian lainnya. Orang yang sering kesepian justru orang yang berpacaran. Tidak bertemu sehari saja sudah merasa kesepian. Satu jam terasa 1 hari, 1 hari terasa 1 bulan. Akibatnya hidupnya menjadi tidak produktif. Hari-harinya hanya digunakan untuk mengobati kerinduan akan kekasihnya.

Alangkah lebih baiknya jika kita mengobati perasaan kesepian kita bukan dengan pacaran. Mari kita pikirkan. Boleh jadi selama ini kita kurang dekat dengan Allah subhanahu wa ta’ala sehingga hati kita menjadi sepi. Boleh jadi selama ini kita kurang dekat dengan ayah dan ibu kita, kurang dekat dengan keluarga kita sendiri sehingga timbul perasaan sepi di hati. Boleh jadi kita kurang baik dalam bergaul dengan teman-teman kita sesama muslim sehingga hati dilingkupi perasaan kesepian. Boleh jadi kita belum memuliakan tetangga-tetangga kita sehingga rasa sepi terus menggelayut dalam hati.
Maka, marilah kita sering-sering mengingat Allah subhanahu wa ta’ala. Marilah kita perbaiki silaturahmi kita dengan ibu dan ayah kita, dengan keluarga dan kerabat kita. Marilah kita perbaiki hubungan dengan teman-teman kita sesama muslim. Dan, marilah kita berbuat baik kepada tetangga-tetangga kita.

 “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (Ar-Ra’d:28)

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu..” (an-Nisa: 36)

Dengan melakukan hal-hal  tersebut serta senantiasa menyibukkan diri dengan ketaatan kepada Allah,  maka Insya Allah hati kita tidak akan lagi merasa kesepian.

Mungkin masih ada alasan-alasan lainnya yang bisa membuat seseorang berpacaran, tapi apapun alasannya berpacaran bukanlah sesuatu yang benar untuk dilakukan. Marilah kita tinggalkan pacaran. Marilah kita senantiasa memperbaiki diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Alhamdulillah bini'matihi tatimmush shalihat...

Rahadian Faisal

LOWKER

MAAF BELUM ADA LOWKER



















Terima kasih sudah berkunjung di blog Wasnozpt









KITA ADALAH INSAN YANG LUAR BIASA

Kawanku, insan manusia yang
luar biasa...


Keadaan terpuruk bukanlah buruk, bila
dihadapi dengan tenang, dan bijak
serta berjuang terus pantang mundur,
dan diiringi doa yang tulus!
Setiap tantangan dan rintangan adalah
cambuk untuk memotivasi kita mencapai
kemajuan dan kemenangan.

Pepatah mengatakan:

 "Kehidupan bukanlah jalan yang lurus
dan mudah dilalui di mana kita bisa
bepergian bebas tanpa halangan.
Kehidupan seringkali berupa
jalan-jalan sempit yang menyesatkan,
di mana kita harus mencari jalan,
tersesat dan bingung! Sering rasanya
sampai pada jalan tak berujung.
Namun, jika kita punya keyakinan
Kepada Sang Maha Pemilik Kehidupan,
pintu pasti akan dibukakan untuk
kita. Mungkin bukan pintu yang selalu
kita inginkan, namun pintu yang
akhirnya akan terbukti, terbaik untuk
kita!" - A.J. Cronin


Saat kita menjelang dewasa, hidup
memang tidak selalu indah.
Lihatlah, langit pun tak selalu cerah,
suram malam kadang tak berbintang.
Itulah lukisan alam. Itulah aturan
Tuhan. Hidup adalah belajar. Belajar untuk
menyelesaikan setiap teka-teki yang
sudah disiapkan oleh-Nya untuk kita.
Yang terpenting adalah, dalam kondisi
apapun, lakukanlah selalu yang
terbaik yang kita bisa.
Seberat apapun masalahmu kawan,
sekelam apapun beban dalam hidupmu,
janganlah engkau berlari, apalagi
sembunyi!
Temuilah Dia dengan lapang dada dan
bersihnya hati. Yakinlah, dengan
KESABARAN, kita akan bisa bertahan
dari segala badai cobaan.
Saat engkau mendapati masalah,
yakinlah, sebenarnya engkau tengah
dipersiapkan-NYA tuk menjadi sosok
yang tegar & berani.

Think and Succeed

Think and Succeed



Kehidupan adalah panggung sandiwara,
dan sandiwara itu sepenuhnya
menceritakan tentang kehidupan umat
manusia.
Maka sepanjang jalan kehidupan kita,
jangan pernah melakukan perbuatan
jahat, atau melakoni peran yang
konyol!

"Kesuksesan hidup tidak ada

hubungannya dengan apa yang Anda
dapatkan atau raih demi diri sendiri.
Kesuksesan hidup berhubungan dengan
apa yang Anda lakukan pada sesama
(untuk orang lain)" - Danny Thomas

Kawan, temanku yang bersih hatinya...
Dalam hidup, orang tak akan peduli
berapa banyak yang kita tahu, hingga
mereka tahu berapa banyak kita peduli
kepada mereka.
Oleh sebab itu kita sering mendengar
bahwa manusia terindah adalah manusia
yang bermanfaat untuk saudaranya, dan
orang lain. 
Seorang ulama mengatakan:
"Janganlah engkau menunggu kaya
untuk bersedekah, tapi bersedekahlah

sekarang juga, maka engkau akan
semakin kaya. Sumbangkanlah setiap
kebaikan, berikanlah setiap kasih
sayang, tunjukkanlah keakraban,
bantulah mereka yang memerlukan" 


Mari kita belajar memberi
manfaat untuk orang lain... sebelum
diminta!